Cilacap, 21 Februari 2025 – Dalam rangka meningkatkan pemahaman civitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap dan menginternalisasikan nilai-nilai dan pemikiran Imam Al-Ghazali, Lembaga Pengembangan Turats dan Bahasa (LPTB) Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap bekerjasama dengan Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) menyelenggarakan kegiatan Kajian Keghozalian dengan tema “Rahasia-rahasia Puasa”.
Acara ini berlangsung pada hari Jum’at, 21 Februari 2025, mulai pkl. 08.00-09.00 WIB bertempat di Masjid Assegaf UNUGHA Cilacap. Kegiatan ini dihadiri oleh segenap Pegawai UNUGHA Cilacap. Dalam kajian keghozalian kali ini yang menjadi narasumber adalah K.H. Lubbul Umam, M.E. (Ketua BPP UNUGHA Cilacap). Mengutip dari kitab Ihya’ Ulumiddin, beliau mengungkapkan pentingnya niat yang ikhlas dan penuh kesadaran dalam setiap ibadah yang dilakukan. Puasa belum mencapai esensi yang sebenarnya, jika hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum. Al-Ghazali mengklasifikasi derajat orang yang berpuasa menjadi tiga. Pertama puasa umum, yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Kedua puasa khusus, ialah menahan telinga, mata, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa. Ketiga puasa paling khusus, ialah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) puasanya batal jika terlintas dalam pikirannya, memikirkan selain Allah SWT dan hari akhir.”
Tiga tingkatan ini disusun berdasarkan sifat orang yang mengerjakan puasa. Ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya. Ini adalah puasa orang awam. Pada umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dzahir. Hal ini berbeda dengan tingkatan kedua, yaitu puasanya orang-orang shaleh. Mereka berpendapat bahwa puasa tidak hanya menahan diri dari lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari melakukan perbuatan dosa. Karenanya, kelompok kedua ini menilai maksiat dapat membatalkan puasa. Selanjutnya puasa paling khusus. Puasa ini hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu, seperti para nabi. Hanya sedikit orang yang sampai pada tahap ini. Pasalnya, selain menahan lapar, haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka juga memfokuskan pikirannya untuk selalu berdzikir (mengingat) Allah SWT. Bahkan, jika seseorang memikirkan selain Allah SWT maka dapat merusak dan membatalkan puasa.
Dari tiga tingkatan ini, kita mengetahui bahwa ibadah puasa merupakan kesempatan untuk melatih diri kita untuk melawan hawa nafsu. Kita berharap puasa kita tidak bersifat formalitas belaka, akan tetapi juga dapat menambah keimanan kita dan sebagai sarana untuk tazkiyatun nafs yakni proses untuk membersihkan jiwa dari berbagai keburukan, baik yang bersifat lahir maupun batin. Beliau juga menyampaikan bahwa tema “Rahasia-rahasia Puasa” ini menjadi sangat relevan dan penting menjelang bulan Ramadan yang akan datang seminggu lagi.

Sebelum mengakhiri kajiannya, K.H. Lubbul Umam, M.E. berpesan, setelah mengikuti kajian ini, diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi civitas akademika UNUGHA Cilacap, sehingga dapat menjalani ibadah puasa sesuai dengan ajaran-ajaran Imam Al-Ghazali yang tertulis dalam Kitab Ihya ‘Ulumiddin.
Oleh: Teguh Wibowo
Publish: Humas UNUGHA
Editor: Bangkit Jauhari